Angkat Edutourism, Nanda dkk Juara Favorit SSC UNSOED 2021

Penetrasi teknologi informasi di era globalisasi membuat masyarakat Indonesia yang majemuk rentan terancam oleh disintegrasi. Survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII) mengemukakan bahwa pengguna internet di Indonesia 80% didominasi oleh generasi muda, usia produktif yang merupakan bagian dari bonus demografi. Dominasi generasi muda tersebut sangat rentan pada informasi hoax dan hate speech serta masuknya ideologi radikal transnasional yang dapat melunturkan nasionalisme. Membangun kembali rasa nasionalisme di era globalisasi ini bukanlah hal yang mudah, karena masyarakat cenderung memilih kebudayaan baru yang dinilai lebih modern dibandingkan dengan budaya lokal. Untuk membangun kembali rasa nasionalisme tersebut, dalam bidang fashion batik hadir sebagai solusi alternatif.
Latar belakang itulah yang kemudian melandasi tim riset MD yang terdiri dari Nanda Rizki Ahmad Fauzan (19102040092), Muhammad Ilman Nafi (19102040031), dan Dwi Fatimah (19102040001) untuk melakukan penelitian berbasis inovasi sosial berjudul “Membangkitkan Nasionalisme dan Industri Kreatif: Sinergi Peran Pemuda dalam Program Kampung Edutourism Batik Sokaraja Banyumas”. Penelitian yang dibimbing oleh dosen muda Bayu Mitra A. Kusuma, S.AP, M.AP, M.Pol.Sc itupun mampu melenggang ke babak grand final pada 10th Soedirman Science Competition 2021 yang diselenggarakan oleh Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) dan kemudian berhasil meraih juara favorit. Dalam babak grand final, tim riset ini bersaing dengan tim dari beberapa universitas seperti tuan rumah UNSOED, UB, UNAIR, UGM, dan beberapa kampus terkemuka lainnya.
Inovasi yang digagas tim ini untuk menghadapi era digital society 5.0 di Indonesia adalah edutourism Kampung Batik Sokaraja dengan tujuan membangkitkan sikap nasionalisme dan industri kreatif memanfaatkan peran pemuda setempat sebagai masyarakat usia produktif. Penelitian ini merujuk pada teori Megan Wood sebagai pisau analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum terdapat kesesuaian antara teori dan realita di Kampung Batik Sokaraja, sehingga konsep wisata edutourism ala Megan Wood meliputi perlindungan pada lingkungan sekitar, dampak minimal pada lingkungan alam, kesesuaian dengan konteks budaya dan fisik wilayah, pengelolaan limbah yang baik, kerjasama dengan komunitas lokal, dan mengakomodasi program-program penelitian lanjutan dapat diterapkan dengan beberapa pengembangan berdasarkan kebutuhan masyarakat setempat. Untuk melihat secara detail presentasi Nanda dkk dapat diakses melalui link berikut ini [video].
Editor: Shofi’unnafi, M.M.